Laporan Wartawan Bangka Pos Riyadi
Meriam kuno, yang tergeletak di semak belukar di sekitar Pangkal Peradong di Desa Peradong Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat diperkirakan sudah ada sejak masa kolonial Belanda.
Meriam tersebut, bukan digunakan sebagai alat perang, melainkan sebagai tanda masuk dan keluarnya kapal (perahu) dari Muara Sungai Laut Pelangas ke Pangkal Peradong.
"Kita dengar kisah itu dari orang tua yang mengetahui sejarah meriam di Peradong, yang sejak zaman Belanda dulu, meriam tersebut digunakan sebagai tanda keluar masuknya perahu dari muara Pelangas (Laut China Selatan) ke Sungai Peradong," kata Rahman, seorang warga setempat kepada bangkapos.com Senin (13/6/2011) di lokasi Meriam di Pangkal Peradong Desa Peradong..
Selama itu, kata Rahman, perahu yang keluar masuk Sungai Peradong dari Muara Pelangas membawa muatan barang-barang milik kolonial Belanda, sedangkan kapal besarnya berlabuh di tengah laut.
Meriam tersebut, bukan digunakan sebagai alat perang, melainkan sebagai tanda masuk dan keluarnya kapal (perahu) dari Muara Sungai Laut Pelangas ke Pangkal Peradong.
"Kita dengar kisah itu dari orang tua yang mengetahui sejarah meriam di Peradong, yang sejak zaman Belanda dulu, meriam tersebut digunakan sebagai tanda keluar masuknya perahu dari muara Pelangas (Laut China Selatan) ke Sungai Peradong," kata Rahman, seorang warga setempat kepada bangkapos.com Senin (13/6/2011) di lokasi Meriam di Pangkal Peradong Desa Peradong..
Selama itu, kata Rahman, perahu yang keluar masuk Sungai Peradong dari Muara Pelangas membawa muatan barang-barang milik kolonial Belanda, sedangkan kapal besarnya berlabuh di tengah laut.
Penulis : riyadi
Editor : emil
Sumber : bangkapos.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar