Jumat, 01 Januari 2010

Kampung Peradong, dari wisata Pantai sampai wisata Sejarah


Kampung Peradong, dari wisata Pantai sampai wisata Sejarah

Wisata Pantai


Keelokkan Pantai Metibak

Pantai yang terletak di desa Peradong Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat ini sangat cocok untuk wisata keluarga waktu liburan, kar ena ombaknya yang tak besar, dihiasi banyaknya pohon-pohon kelapa dan pada bulan-bulan tertentu kita dapat menjala ikan dan mencari lukan ( kerang-kerangan ) serta kepah dengan perjalanan sedikit kearah pantai Mesirak yang juga terletak dikampung Peradong. Pada hari-hari tertentu banyak orang berkunjung u ntuk menjala ikan dan memancing, karena memang dipantai ini terdapat sungai yang disebut oleh masyarakat “sungai Peradong”.

Jarak tempuh perjalanan dari Kecamatan Simpang Teritip kesimpang pantai berkisar 10 Km dengan waktu perjalanan kurang lebih 20 menit, sedangkan dari simpang kepantai jarak tempuh hanya 7 Km kurang lebih 10 menit perjalanan.


Peninggalan Sejarah

Manuscript bertarikh 1353 H

Sebuah Naskah/Manuscript peningga lan sejarah yang belum diketahui oleh masyarakat pada umumnya dan khususnya masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung. Manuscript ini disurat (d isalin) oleh Batin Rimbun (Haji Batin Sulaiman) dari kitab karangan Syaikh Nuruddin ar-Raniri bernama “ Asroru al-Insaan “ dan terselesaikan penyalinannya pada tanggal 4 Rabiul Awwal 1353 Hijriyah hari Sabtu pukul 12 siang. Untuk tempat penyelesaiannya tidak diketahui keberadaannya, karena tidak tertulis dalam manuscript tersebut .
Nama Batin Rimbun berubah menjadi Haji Batin Sulaiman setelah ia kembali dari menunaikan ibadah haji yang bermukim di Makkah selama kurang lebih 3 tahun. Manuscript ini disimpan dan dipelihara dirumah Atok Bok didusun Menggarau kampung Peradong Kecamatan Simpang Teritip Bangka Barat. Karena tidak ditemukan dokumen tentang kehidupan beliau (penyurat) tersebut, untuk masa kehidupannya hanya didapat dari wawancara dari takoh masyarakat setempat. Diperkirakan Penyurat tersebut lahir sekitar tahun 1850-an dan wafat sekitar tahun 1920-an.


Meriam Bersejarah


Peninggalan sejarah yang membuktikan bahwa adanya perjuangan masyarakat kampong Peradong terhadap penjajah yang menjaja h negeri serumpun sebalai. Meriam ini kata masyarakat tersebut berjumlah dua buah, namun yang satunya berada didalam sungai, belum diketahui sampai sekarang apakah meriam tersebut masih aktif atau tidak. Menurut masyarakat setempat, meriam tersebut pernah diangkat kedarat dan dibawa kekampung penduduk, namun akhirnya diletakkan kembali ketempat semula. Pasalnya, dukun kampong yang dikenal sebagai penjaga mengalami kejadian dan terkena penyakit aneh. Tak hanya dukun kampong tersebut, orang yang mengangkat meriam kekampung tersebut juga mengalami hal serupa.



Sayang keadaannya memprihatinkan, tidak dirawat dan terbengkalai. Semoga pemerintah Kabupaten Bangka Barat memperhatikan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَـ شِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.

Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,

kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

(Al-Baqarah: 45)