Selasa, 29 Desember 2009

Haji Batin Sulaiman, Penulis Naskah Arab Melayu


Haji Batin Sulaiman; Penulis Naskah Arab Melayu

Dari Kitab karya Syaikh Nuruddin ar-Raniri

Oleh : Suryan Masrin



Haji Batin Sulaiman merupakan nama yang asing dalam nama tokoh-tokoh penyalin naskah kemelayuan di Indonesia, mungkin kebayakan orang tidak pernah mendengar dan bahkan sama sekali tidak mengenal cerita tentangnya. Akan tetapi ada sedikit goresan cerita yang didengar, kalau ia juga konon dikenal dijawa. Ia adalah seorang keturunan kebangsaan China asli dengan marga Chao, nama aslinya adalah Siang Chao,[1] yang datang ke Bangka kira-kita tahun 1917-an sebagai pekerja orang Belanda (penjajah) yang mengambil timah di Muntok Bangka, sekarang Kabupaten Bangka Barat yang terkenal dengan lada putihnya hingga mancanegara. Setelah sekian lama menjadi pekerja orang Belanda, ia merasa penting untuk dirinya harus membebaskan diri dari cengkraman orang Belanda sebagai seorang pendatang dari negeri luar. Akhirnya, diperkirakan tahun 1925-an iapun melarikan diri kesuatu daerah yang tergolong sedikit pedalaman, tepatnya di desa peradong kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat (sekarang).


Setelah sekian tahun lamanya tinggal di desa Peradong, akhirnya ia masuk agama Islam dan kemudian beristrikan penduduk setempat dan memberikan keturunan sebanyak 5 orang, 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Ia – pun mulai memperdalam pengetahuan tentang Islam, hingga datang tiba baginya waktu untuk menurutkan keinginannya. Berangkatlah ia menunaikan ibadah haji kekota Makkah al-Mukarromah dengan melewati transportasi laut, dengan kapal kayu. Pada waktu itu belum ada orang yang berangkat untuk haji dengan menggunakan pesawat terbang. Kurang lebih tiga bulan lamanya perjalanan dari Bangka – Indonesia ke kota Makkah, perjalanan yang sangat lama untuk menunaikan ibdaha haji yang merupakan rukun Islam yang kelima. Sampailah rombongan tersebut di kota Makkah. Tak puas setelah selesai menunaikan ibadah haji di kota Makkah, demi untuk mendalami Islam ia – pun memutuskan untuk menetap di kota Makkah. Diperkirakan tiga tahunan ia tinggal di kota Makkah belajar dan mendalami Islam, akhirnya tiba waktunya untuk pulang kembali ke tempat peraduan, menemui istri dan anak-anaknya di Bangka – desa Peradong. Setelah sampai di desa Peradong, tepatnya di Pekal Bawah[2] ia mulai menyebarkan ilmunya yang diperoleh dari tanah suci Makkah tersebut. Salah satu muridnya yang penulis dapat dari cerita tokoh agama dusun Menggarau, desa Peradong adalah Kek Pi’i (Peradong), Kek Klares (Peradong), Kek Yasir dan Abdurahim (masyarakat asli di kecamatan Simpang Teritip). Sekian tahun lamanya ia berkutat dalam memberikan ilmunya kepada murid dan msyarakat setempat, ia menulis naskah salinan dari kitab karya Syaikh Nuruddin ar-Raniri yang bernama Asroru al-Insan”. Naskah tersebut teselesaikan di Desa Peradong pada hari Sabtu pukul 12 siang, tanggal 14 Rabiul Awwal 1454 H/1932M. Penulis hanya bisa menemukan satu buah naskah hasil tulisan beliau, yang masih menggunakan lembaran kertas tempo dulu dan memakai tinta asli cina dengan warna tulisan merah untuk tulisan arab asli (arab gundul) dan hitam untuk tulisan arab melayu (terjemahan/penjelasannya).


Begitulah perjalanan hidup Haji Batin Sulaiman yang penulis ketahui dari sumber-sumber yang didapat. Menurut pengetahuan penulis, beliau adalah salah satu penulis naskah yang ada di provinsi Kepulauan Bangka Belitung, selain Syaikh Abdurrahman Sidiik dan lain-lain. Ia wafat diperkirakan tahun 1960-an di Desa Peradong. Mudah-mudahan dengan jalan ini ada para pecinta tokoh-tokoh kesejarahan yang ingin mengetahui dan meneliti lebih lanjut. Wallahu a’lam.

Wassalam……



[1] Wawancara dengan Atok Buter, salahsatu murid dari muridnya Haji Batin Sulaiman, wawancara tanggal 20 Januari 2008.

[2] Nama tempat ia mengajarkan dan menyebarluaskan ilmunya, sekarang tempat perkuburan Dusun Menggarau, termasuk makmn beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَـ شِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.

Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,

kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

(Al-Baqarah: 45)