Senin, 08 Maret 2010

PERAYAAN TRADISI SEDEKAH KAMPUNG PERADONG


PERAYAAN TRADISI SEDEKAH KAMPUNG PERADONG

SIMPANG TERITIP – Masyarakat Peradong Kecamatan Simpang Teritip Bangka Barat, Minggu (7/3) kemarin merayakan tradisi tahunan (tradisi Sedekah Kampung). Acara berlansung selama dua hari, dimulai Sabtu (6/3) sore pukul 13.00 WIB dengan upacara permohonan izin, dilanjutkan dengan pelaksanaan tamat ngaji dan nganggung bersama di masjid setempat. Tamu undangan dalam perayaan tersebut dihadiri oleh Bupati Bangka Barat Parhan Ali beserta rombongan dari Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Barat.

Sebagaimana biasanya, setiap tahun masyarakat Peradong selalu merayakan tradisi tahunan ini dengan berbagai acara. Selain itu, masyarakat juga biasanya membuat makanan, seperti dodol (makanan khas masyarakat), kue-kue, dan lain sebagainya guna memeriahkan acara tersebut.

Tradisi ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas pemberian rizki dari Allah SWT. Menurut Abang Sali (ketua panitia), selain untuk mengungkapkan rasa syukur atas pemberian rizki, acara ini yang bertepatan dengan bulan Maulid adalah untuk merayakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW, sebagai bukti kecintaan terhadap beliau. Lebih lanjut Abang Sali mengatakan, bahwa perayaan tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun sebelumnya, pasalnya tahun ini dihadiri oleh Bupati Bangka Barat.

Di sisi lain, Runi Pardi (kepala desa Peradong) menyebutkan untuk memeriahkan acara tersebut pemerintah desa beserta masyarakat mendatangkan grup band dangdut lokal, sehingga dengan demikian masyarakat dan pengunjung selain merayakan tradisi tahunan tersebut, juga dapat terhibur dengan hiburan yang ada. Hiburan lain, selain band juga dimeriahkan dengan penampilan dambus, yang dimainkan oleh masayarakt setempat yang diikuti dengan tarian khas dambus oleh gadis-gadis kampung tersebut.

Semoga tradisi ini tetap dijaga dan dilestarikan, karena tradisi ini merupakan warisan tradisi lokal yang ada di Kepulauan Bangka Belitung. Semoga dengan ini, ada perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah, dalam rangka untuk menyemarakkan Visit Babel Archipelago 2010 ‘tandas Runi’.

Sekilas Tradisi Sedekah Kampung Peradong

Sedekah Kampung adalah sebuah tradisi warisan nenek moyang yang ada di kepulauan Bangka Belitung, dan telah dilakukan selama puluhan tahun, bahkan kemungkinan telah lebih dari seratus tahun. Warisan tradisi tersebut dilakukan masyarakat Peradong dalam setiap tahun bertepatan dengan bulan Maulid (Rabiul Awwal) kelender Hijriyah. Tradisi tersebut dilakukan bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, sebagai wujud kecintaan masyarakat peradong terhadap beliau.

Persiapan Sebelum Upacara

Perayaan Sedekah Kampung telah dilaksanakan secara turun temurun dan tidak diketahui asal usul serta awal mulai dilaksanakannya. Perayaan ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Peradong setiap tahun bertepatan dengan bulan Maulud (Rabiul Awwal) kalender Hijriyah dan acaranya berlangsung selama 2 hari yang biasanya pada hari Sabtu dan Minggu. Biasanya acara ini dilaksanakan antara tanggal 15 sampai 30 Rabiul Awwal. Sebelum pelaksanaan acara tersebut, jauh sebelumnya pada malam hari sang tetua adat (dukun) sekarang Kek Jemat mengadakan ceriak pemanggilan orang-orang kampung sebagai pemberitahuan akan dilaksankannya upacara adat dan menentukan tanggal yang cocok untuk pelaksanaan upacara tersebut.

Pada tanggal yang telah ditetapkan tetua adat sebagai pawang desa dengan dibantu penduduk setempat memulai membuat batu persucian (taber) dengan menggunakan bahan-bahan tradisional serta dedaunan dan gaharu (dupa) dari kayu buluh (bambu). Menurut sang dukun, dahulu kala penggunaan dupa ini adalah sebagai alat untuk menarik minat orang-orang cina yang berdiam di desa tersebut agar memeluk agama Islam (Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat, t.t: 6).

Dalam pelaksanaannya, telah mengalami perubahan walaupun hanya dalam hal yang seremonial, contohnya saja dalam hal perayaan yang dahulunya hanya dengan menampilkan musik tradisional, seperti dambus dan campak sebagai hiburan. Sedangkan sekarang sudah dengan musik yang modern. Dari segi ritus, tidak banyak mengalami perubahan, hanya saja dahulunya lebih banyak mengandung mistik, sedangkan sekarang telah diselaraskan dengan ajaran Islam.

Jalannya Upacara

Setelah persiapan, seperti; batu persucian dan gaharu selesai, kemudian pada hari yang telah ditentukan tersebut, tetua adat dan masyarakat menyiapkan makanan dan minuman, serta buah-buahan, uang dan binatang peliharaan seperti; ayam dan bebek untuk diperebutkan setelah ritual upacara permohonan izin dilakukan. Semua peralatan telah dipersiapkan, kira-kira pukul 13.00 WIB siang dimulai dari balai adat, tetua adat bersama penduduk arak-arakan menuju Istana dengan diiringi semarang (selawatan barzanji) guna untuk meminta izin dan memulai pelaksanaan sedekah kampung. Setelah sampai di sana, sang dukun kemudian duduk di atas makam bersamaan dengan dihidangkan berbagai macam jenis makanan khas desa, uang serta hewan peliharaan seperti ayam dan bebek, kemudian mulai pembacaan do’a dan mantera. Setelah pembacaan do’a dan mantera selesai, penduduk naik ke atas makam dan memperebutkan ayam, bebek dan buah-buahan serta uang yang ada di atas makam tersebut. Upacara kemudian dilanjutkan dengan penampilan silat yang dilakukan oleh dua orang, kemudian sang dukun dan penduduk pembantunya melakukan pemberian tangkel (jimat) di empat penjuru, dimulai dari istana tersebut menuju gerbang pintu masuk ke desa sampai akhir perbatasan desa tersebut. Pemberian jimat ini dimaksudkan untuk menangkal segala bentuk gangguan dari luar yang tidak menginginkan acara ini berlangsung.

Setelah upacara permohonan izin kepada leluhur, serta setelah naber dan nangkel kampung selesai, kemudian dukun (tetua adat) kembali kekediamannya. Sedangkan arak-arakan masyarakat dilanjutkan dengan penjemputan peserta khataman Al-Qur’an menuju masjid untuk melaksanakan tamat ngaji (betamat). Setiap arak-arakan yang dilakukan, baik arak-arakan tamat ngaji dan sunatan selalu diiringi dengan semarang. Upacara ini dilakukan sebagai pertanda bahwa seorang anak yang telah melaksanakan tamat ngaji dianggap pandai membaca Al-Qur’an. Setelah tamat ngaji selesai, acara dilanjutkan dengan nganggung bersama di masjid tersebut. Pada malam harinya (malam minggu) diadakan hiburan kampung, yaitu penampilan musik Dambus dan Campak serta nyanyian lagu-lagu daerah yang diiringi dengan tarian oleh ibu-ibu dan gadis-gadis penduduk.

Hari berikutnya, dilaksanakan upacara Sunat Kapong. Dimulai pukul 03.00 WIB, peserta (anak-anak) yang akan disunat berendam di dalam air (dalam dialek masyarakat setempat ’di Aek Kapong’) kurang lebih selama 3 jam, kemudian kira-kira pukul 06.00-07.00 WIB pelaksanaan sunatan yang dilakukan oleh mudim (tukang sunat kampung). Setelah selesai, peserta sunatan diarak keliling kampung dengan menggunakan kereta hiasan dengan berbagai macam variasi.

Dalam pelaksanaa upacara ini, terdapat beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh semua orang yang mengikuti jalannya upacara ritual ini, yaitu duduk di atas pagar, meletakkan jemuran/pakaian berupa apapun di atas pagar dan bermain senter. Menurut penduduk, apabila pantangan tersebut dilanggar, maka akan didatangi oleh makhluk-makhluk halus dan mengubahnya menjadi tepuler (kepala dengan wajah terbalik ke belakang). Untuk tetua adat selama acara berlangsung, tidak boleh makan dan minum (berpuasa).

Oleh: Suryan Masrin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَـ شِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.

Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,

kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

(Al-Baqarah: 45)