PERAYAAN TRADISI SEDEKAH KAMPUNG PERADONG
SIMPANG TERITIP – Masyarakat Peradong Kecamatan Simpang Teritip Bangka Barat, Minggu (7/3) kemarin merayakan tradisi tahunan (tradisi Sedekah Kampung). Acara berlansung selama dua hari, dimulai Sabtu (6/3) sore pukul 13.00 WIB dengan upacara permohonan izin, dilanjutkan dengan pelaksanaan tamat ngaji dan nganggung bersama di masjid setempat. Tamu undangan dalam perayaan tersebut dihadiri oleh Bupati Bangka Barat Parhan Ali beserta rombongan dari Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Barat.
Sebagaimana biasanya, setiap tahun masyarakat Peradong selalu merayakan tradisi tahunan ini dengan berbagai acara. Selain itu, masyarakat juga biasanya membuat makanan, seperti dodol (makanan khas masyarakat), kue-kue, dan lain sebagainya guna memeriahkan acara tersebut.
Tradisi ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas pemberian rizki dari Allah SWT. Menurut Abang Sali (ketua panitia), selain untuk mengungkapkan rasa syukur atas pemberian rizki, acara ini yang bertepatan dengan bulan Maulid adalah untuk merayakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW, sebagai bukti kecintaan terhadap beliau. Lebih lanjut Abang Sali mengatakan, bahwa perayaan tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun sebelumnya, pasalnya tahun ini dihadiri oleh Bupati Bangka Barat.
Di sisi lain, Runi Pardi (kepala desa Peradong) menyebutkan untuk memeriahkan acara tersebut pemerintah desa beserta masyarakat mendatangkan grup band dangdut lokal, sehingga dengan demikian masyarakat dan pengunjung selain merayakan tradisi tahunan tersebut, juga dapat terhibur dengan hiburan yang ada. Hiburan lain, selain band juga dimeriahkan dengan penampilan dambus, yang dimainkan oleh masayarakt setempat yang diikuti dengan tarian khas dambus oleh gadis-gadis kampung tersebut.
Semoga tradisi ini tetap dijaga dan dilestarikan, karena tradisi ini merupakan warisan tradisi lokal yang ada di Kepulauan Bangka
Sekilas Tradisi Sedekah Kampung Peradong
Persiapan Sebelum Upacara
Pada tanggal yang telah ditetapkan tetua adat sebagai pawang desa dengan dibantu penduduk setempat memulai membuat batu persucian (taber) dengan menggunakan bahan-bahan tradisional serta dedaunan dan gaharu (dupa) dari kayu buluh (bambu). Menurut sang dukun, dahulu kala penggunaan dupa ini adalah sebagai alat untuk menarik minat orang-orang cina yang berdiam di desa tersebut agar memeluk agama Islam (Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat, t.t: 6).
Dalam pelaksanaannya, telah mengalami perubahan walaupun hanya dalam hal yang seremonial, contohnya saja dalam hal perayaan yang dahulunya hanya dengan menampilkan musik tradisional, seperti dambus dan campak sebagai hiburan. Sedangkan sekarang sudah dengan musik yang modern. Dari segi ritus, tidak banyak mengalami perubahan, hanya saja dahulunya lebih banyak mengandung mistik, sedangkan sekarang telah diselaraskan dengan ajaran Islam.
Jalannya Upacara
Setelah upacara permohonan izin kepada leluhur, serta setelah naber dan nangkel kampung selesai, kemudian dukun (tetua adat) kembali kekediamannya. Sedangkan arak-arakan masyarakat dilanjutkan dengan penjemputan peserta khataman Al-Qur’an menuju masjid untuk melaksanakan tamat ngaji (betamat). Setiap arak-arakan yang dilakukan, baik arak-arakan tamat ngaji dan sunatan selalu diiringi dengan semarang. Upacara ini dilakukan sebagai pertanda bahwa seorang anak yang telah melaksanakan tamat ngaji dianggap pandai membaca Al-Qur’an. Setelah tamat ngaji selesai, acara dilanjutkan dengan nganggung bersama di masjid tersebut. Pada malam harinya (malam minggu) diadakan hiburan kampung, yaitu penampilan musik Dambus dan Campak serta nyanyian lagu-lagu daerah yang diiringi dengan tarian oleh ibu-ibu dan gadis-gadis penduduk.
Hari berikutnya, dilaksanakan upacara Sunat Kapong. Dimulai pukul 03.00 WIB, peserta (anak-anak) yang akan disunat berendam di dalam air (dalam dialek masyarakat setempat ’di Aek Kapong’) kurang lebih selama 3 jam, kemudian kira-kira pukul 06.00-07.00 WIB pelaksanaan sunatan yang dilakukan oleh mudim (tukang sunat kampung). Setelah selesai, peserta sunatan diarak keliling kampung dengan menggunakan kereta hiasan dengan berbagai macam variasi.
Dalam pelaksanaa upacara ini, terdapat beberapa pantangan yang harus dipatuhi oleh semua orang yang mengikuti jalannya upacara ritual ini, yaitu duduk di atas pagar, meletakkan jemuran/pakaian berupa apapun di atas pagar dan bermain senter. Menurut penduduk, apabila pantangan tersebut dilanggar, maka akan didatangi oleh makhluk-makhluk halus dan mengubahnya menjadi tepuler (kepala dengan wajah terbalik ke belakang). Untuk tetua adat selama acara berlangsung, tidak boleh makan dan minum (berpuasa).
Oleh: Suryan Masrin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar